Secara ringkas, hukum teknik Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan terhadap manusia dapat dilihat pada table berikut ini :

NO

NAMA TEKNIK/ JENIS TEKNIK

SPERMA

OVUM

MEDIA PEMBUAHAN

HUKUM

1

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis I

Suami

Isteri

Rahim Isteri

Halal

2

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis I

Suami

Isteri

Rahim Isteri

Halal

3

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis III

Suami

Orang lain/ donor/ bank ovum

Rahim Isteri

Haram

4

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis IV

Suami

Orang lain/ donor/ bank ovum

Rahim orang lain/ titipan /sewaan

Haram

5

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis V

Orang lain/ donor/ bank sperma

Isteri

Rahim Isteri

Haram

6

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis VI

Orang lain/ donor/ bank sperma

Isteri

Rahim orang lain/ titipan/ sewaan

Haram

7

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis VII

Orang lain/ donor/ bank sperma

Orang lain/ donor/ bank ovum

Rahim isteri sebagai titipan / sewaan

Haram

8

Bayi Tabung (IVF-ET) Jenis VIII

Suami

Isteri

Isteri yang lain (isteri ke dua, ketiga atau keempat)

Haram

9

Inseminasi Buatan dengan sperma suami (Arificial Insemination by a Husband = AIH)

Suami

Isteri

Rahim Isteri

Halal

10

Inseminasi Buatan dengan sperma donor (Arificial Insemination by a Donor = AID)

Donor

Isteri

Rahim Isteri

Haram

Dari tabel tampak jelas bahwa teknik bayi tabung yang dibenarkan menurut moral dan hukum Islam adalah teknik yang tidak melibatkan pihak ketiga serta perbuatan itu dilakukan karena adanya hajat dan tidak untuk main-main atau percobaan. Sedangkan teknik bayi tabung yang melibatkan pihak ketiga hukumnya haram.

Alasan syar’i tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina (lihat al-Qur’an, antara lain Surat Al-Isrâ [17] : 32). Secara filosofis larangan zina itu didasarkan atas dua hal. Pertama, “tindakan melacur” (al-fujûr, al-fâ?isyah) dan kedua, akibat tindakan itu dapat menyebabkan kaburnya keturunan (ikhtilâth al-ansâb).

Rasulullah menyatakan yang artinya :

Tidak ada dosa lebih berat dari perbuatan syirik (menyekutukan Tuhan) melainkan dosa seseorang yang mentransplantasikan “benih” kepada rahim wanita yang tidak halal baginya.

Dalam hal pihak ketiga merupakan isteri sah, maka para ulama dalam hal ini menolaknya karena bertentangan dengan maksud ayat Al-Qur’an :

Dan janganlah kalian menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan. [QS. Al-Baqarah (2) : 195 ].

Teknologi rekayasa genetika lain yang masih menjadi perdebatan moral yang cukup sengit di kalangan agamawan dan kaum moralis di seluruh dunia adalah “Teknologi Kloning” pada manusia. Pada umumnya, ulama di negara-negara muslim masih melarang pengkloningan pada manusia. Hal ini lebih dikarenakan kehati-hatian mereka dalam menentukan proses keberadaan manusia yang direkayasa oleh manusia lainnya.

Masalah lain yang dilarang menurut moral dan hukum Islam adalah teknologi “Post Mortem - Fertilization” , yakni pelelehan zygote atau embrio yang telah lama disimpan dan dibekukan di dalam “tabung pengawet” dari hubungan sah suami isteri, namun trnsplantasi zygote dilakukan terhadap isteri yang memiliki zygote itu setelah suaminya meninggal dunia atau setelah terjadinya perceraian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

MILLA FITRI,,HIMAS FAJRIA KRISTEL,, DWI SIWI RATRIANI PUTRI,,MUHAJIRIN,, INDRI ANDINI M,, ITA PURNAMA SARI,, SANDRA DEWI,, NISA MAOLINDA,, HELVI SUDRAJAT,,MELISSA,,HASYMI DASNIAR,, FARAH,,LELY